Bismillah, hari ke-20
Saya janji mau menuliskan ini karena dua grup kemarin sama-sama membahas tentang tumbuh kembang (tumbang) anak. Singkat cerita, anak saya mengalami GDD (Global Developmental Delay) sehingga menjalani terapi sejak usia 15 bulan.
Taunya dari mana?
Artikel IDAI berikut bisa menjadi salah satu referensi tetang mengenal keterlambatan umum pada anak. Saya mulai merasakannya ketika usia 5 bulan anak saya, Ayyash, belum bisa bolak-balik badan sendiri, baru bisa setelah distimulasi. Kemudian usia 9 bulan mulai saya ajari duduk, tetapi belum bisa tegak, seringnya membungkuk, dan belum mampu bangun sendiri dari posisi tidur. Usia setahun mulai mengesot tanpa melalui merangkak. Akhirnya saya periksakan ke Poli Tumbang. Di sana dilakukan Tes Denver II. Denver Developmental Screening Test (DDST) atau dikenal dengan Tabel/Tes Denver merupakan suatu metode pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak usia 0-6 tahun. Manfaat dari DDST adalah untuk menilai tingkat perkembangan anak sesuai umurnya dan memantau anak yang diperkirakan memiliki kelainan dalam berkembang (Adriana, 2011).
Kemampuan dasar yang pertama berkembang dari seorang bayi adalah motorik kasar. Jika ini mengalami keterlambatan, biasanya kemampuan di atasnya juga akan terlambat, termasuk kemampuan dalam berbahasa. Bisa dibaca referensi berikut tentang Pyramid of Learning (Williams & Shellenberger 1996). Sebagai tambahan ini juga ada brosur infografis tentang immersive and sensory experiences dan artikel facilitating children’s sensorimotor development.
***
Terapi pertama yang dijalani Ayyash adalah fisioterapi (FT). Penjelasan tentang fisioterapi bisa dibaca pada artikel persi.or.id dan halodoc.com. Terdapat juga jenis perawatan dalam fisioterapi. Untuk kasus anak saya, laxity (kelemahan) otot, tidak ada obat selain exercise (latihan) rutin untuk menguatkan otot-ototnya.
Selama mengikuti FT, terapis akan melakukan pemijatan dan latihan fisik untuk penguatan. Durasi terapi biasanya 30-60 menit, dan seminggu bisa 1-3 kali terapi sesuai anjuran dokter rehabilitasi medik. Jadi waktu terbesar anak tetap bersama orangtuanya yang artinya keberhasilan dalam menjalani terapi sangat tergantung dari usaha orangtua di rumah. Terapis berfungsi untuk menyempurnakan latihan, memberi arahan program latihan yang bisa dilakukan di rumah, mengoreksi, dan mengevaluasi.
Saya mendapat banyak PR yaitu latihan fisik untuk Ayyash yang dikerjakan di rumah. Sedangkan untuk pemijatan tidak diajarkan karena berakibat fatal jika orangtua sedikit saja melakukan kesalahan. Begitu pun untuk beberapa latihan fisik yang ‘berbahaya’, hanya dilakukan oleh terapis. Berikut ini beberapa latihan rumahan yang bisa dikerjakan orang awam untuk anaknya jika ada indikasi keterlambatan motorik kasar.
Sebelum latihan fisik, kita pelajari dulu terkait sensori. Latihan sensori adalah pondasi/dasar segala macam pembelajaran, di mana semua pembelajaran lainnya (akademik, emosional, sosial, dan keterampilan hidup) dibangun.
Sensori Integrasi adalah sebuah proses di mana otak anak dapat mengintegrasikan informasi yang berasal dari semua indera dengan baik, sehingga tubuhnya dapat merespons sesuai dengan situasi yang dihadapi. Terapi Sensori Integrasi menekankan stimulasi pada tiga indra utama yaitu tactile (peraba/sentuhan), vestibular (keseimbangan tubuh), dan proprioception (kesadaran tubuh). Ketiga sistem sensori ini memang tidak terlalu familier dibandingkan indra pengelihatan dan pendengaran, tetapi sistem ini sangat penting karena membantu interpretasi dan respons anak terhadap lingkungan.
Tactile (peraba/sentuhan)
Dengan beberapa latihan taktil seorang anak akan ‘merasakan’ lingkungan saat mereka bermain dan belajar untuk mengintegrasikan berbagai sensasi.
- Lepas kaos kaki, ini adalah aturan pertama yang dianjurkan terapis. Biarkan telapak kaki merasakan sensasi panas/dingin, kasar/halus, basah/kering.
- Sikat kaki dan badan untuk mengenalkan rasa kasar.
- Injak-injakan kaki di atas kerikil/benda-benda bertekstur yang ditaruh di dalam ember/baskom.
- Tanam sebagian badan di pasir pantai.
- Tidurkan anak di atas rumput dan biarkan ujung-ujung rumput memberikan stimulasi ke tubuh.
Vestibular (keseimbangan tubuh)
Gerakan adalah indra kunci yang diperlukan untuk mengintegrasikan informasi dari semua indra lain dengan cara yang berbeda. Berikut ini beberapa latikan untuk melatih keseimbangan anak.
- Tidurkan telentang/tengkurap di atas gym ball sambil anak dipegang dan bola diayunkan maju mundur. Latihan ini untuk memproses semua informasi yang masuk melalui indra, sehingga semua informasi tersebut bisa bekerja sama satu dengan yang lainnya.
- Angkat kaki di tempat, kanan dan kiri bergantian latihan selama beberapa detik supaya nanti jika jalan tidak diseret.
- Berdiri di balance board/papan keseimbangan (1 tumpuan) yang digerakkan naik/turun
- Jalan di papan titian/satu garis, kaki kanan dan kiri bergantian jalan mengikuti papan/garis itu.
- Jalan di atas rumput, pasir, batu, di hutan, dll untuk menyesuaikan posisi dalam menjaga keseimbangan.
- Jalan di tempat miring (mendaki/menurun).
- Naik-turun tangga, anak selalu dalam pengawasan dan untuk awalan pastikan tidak ada sisi tangga yang tajam.
- Renang.
- Kayuh sepeda.
Proprioception (kesadaran tubuh)
Kesadaran tubuh berasal dari otot dan persendian saat tubuh bergerak. Dengan lebih banyak latihan kesadaran tubuh, anak akan lebih paham di mana, di posisi apa, dan seperti apa anggota tubuh meraka bergerak. Kesadaran tubuh juga akan menenangkan sistem sensorik. Stimulasinya bisa dengan mencoba berbagai kegiatan di lingkungan alam.
- Berjalan di atas pasir/lumpur/tanah lunak untuk meningkatkan kesadaran tubuh.
- Beri mainan di depan sehingga bayi tertarik merayap untuk mengambilnya sehingga tahu bahwa badan bisa digerakkan ke depan.
- Angkat pantat supaya tahu bahwa pantat bisa dianggat untuk modal merangkak. Caranya dengan menidurkan anak pada posisi telentang kemudian angkat pantatnya dengan tangan kita selama beberapa detik kemudian turunkan. Ulangi dengan derakan yang sama.
- Ajari kaki bayi menendang tangan kita menyilang bergantian. Caranya tidurkan anak telentang, angkat kedua tangan kita dengan posisi telapak tangan di luar, minta anak menendang tangan kita dengan kaki kirinya, kemudian sebaliknya.
- Ajari gerakan tangan kaki menyilang bergerak bergantian pada posisi merangkak.
- Gerakan menendang bola kaki kanan dan kiri bergantian.
Bersamaan dengan aktivitas mematangkan sensori anak, berikut beberapa LATIHAN FISIK untuk menguatkan otot.
- Bangun dari sisi kanan, kiri, dan belakang. Ini membantu bagi anak yang belum mampu bangun sendiri dari tidur. Caranya, bantu dengan satu tangan lalu tarik dan posisikan bayi supaya bisa terstimulasi dengan aktivitas tersebut. Lama-kelamaan ia akan mampu bangun sendiri dengan menumpu pada lengan kanan/kiri dan dari posisi tengkurap.
- Ajari duduk di kursi atau tempat serupa, beri kesibukan (misalnya mainan) sehingga ia belajar duduk tegak tanpa bersandar dengan asyik dan nyaman.
- Situp untuk menguatkan otot perut. Caranya dengan tidurkan anak pada posisi lurus telentang kemudian tarik kedua tangannya hingga posisi duduk, tidurkan, tarik lagi, begitu seterusnya.
- Posisi kobra untuk menguatkan otot tangan, punggung, dan kaki. Caranya dengan tengkurapkan anak dengan posisi lurus, kemudian pegang kedua lengan atas dan siku, luruskan hingga dada dan kepala anak terangkat. Lakukan gerakan itu secara bertahap dari misalnya 5 detik, istirahat, diulang lagi, begitu seterusnya. Kemudian jika sudah terbiasa bisa ditingkatkan 10 detik, 15 detik, dst.
- Ajari jongkok karena sejatinya jika bergerak pelan-pelan, proses berdiri diawali dengan tahapan jongok. Dalam praktiknya, pegang lipatan kaki bawah dan paha anak untuk bantu bertahan pada posisi belajar jongkok.
- Kneeling yaitu belajar berdiri dengan tumpuan kedua lutut di lantai (berlutut). Supaya bertahan lama, beri aktifitas menulis/menggambar di tembok setinggi tangan anak. Kneeling ini berfungsi untuk menguatkan otot paha sebelum belajar berdiri.
- Berdiri tegak dengan bersandar di tempok pada posisi lurus dari kepala sampai kaki kurang lebih 10 menit sebagai tahap awal belajar berdiri.
- Kneeling sambil jalan, dilakukan jika kneeling dalam kondisi diam sudah konsisten bisa dilakukan dan anak sudah mulai bisa jalan. Latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kekuatan otot waktu jalan.
- Kaki dan perut diberi beban untuk latihan ketika anak sudah mulai belajar jalan. Ibarat ujian (goal: jalan bagus), perlu diberi soal (beban) yang lebih sulit saat latihan. Contoh alat yang bisa digunakan adalah kettler foot band 2×0.5kg (1kg/pair) yang dipasang di perut dan kaki. Foot band ini bisa dibeli di toko-toko olahraga atau bisa menggunakan alat serupa yang dibuat sendiri, misalnya kita buat tali yang diberi beban biji-bijian/batu dalam plastik.
Ini yang sedikit bisa saya tulis ulang dari hasil konsultasi dokter atau latihan terapis yang sebelumnya saya rekam, catat di buku, dan kemudian cari-cari referensi bebas. Mudah-mudahan bermanfaat, terutama untuk ibu-ibu yang anaknya mengalami gejala keterlambatan motorik kasar. Jadi latihan di rumah dahulu, semoga ada perkembangan. Namun, tetap saya sarankan ke dokter untuk konsultasi dan skrining tumbang, jika pandemik sudah selesai. Karena kondisi tiap anak bisa berbeda dan yakin nantinya akan dapat banyak ilmu baru yang bermanfaat untuk tumbang anak kita.
Terakhir saya lampirkan link checklist indikator perkembangan anak usia 0-6 tahun dari sumber Konsep Pengembangan PAUD Non Formal, Pusat Kurikulum Diknas, 2007. Free download and share. Terima kasih. 🙂
#inspirasiramadan
#dirumahaja
#flpsurabaya
#BERSEMADI_HARIKE-20
Recent Comments