“Jika ingin hidup tenang, maka bahagiakan orang tua,” nasihat seorang ustaz terhadap jamaahnya yang sedang mengalami masalah sihir.

Dari Abdullah bin ’Amru radhiallahu ‘anhuma, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الوَالِدِ، وَسَخَطُ الرَّبِّ فِي سَخَطِ الْوَالِدِ

Rida Allah tergantung pada rida orang tua dan murka Allah tergantung pada murka orang tua” [Hasan. at-Tirmidzi : 1899,  HR. al-Hakim : 7249, ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabiir : 14368, al-Bazzar : 2394]

Sekilas saya mendengarkannya pada sebuah acara di stasiun TV tadi pagi.

Meskipun mereka memiliki banyak kekurangan, pernah atau bahkan sering menyakiti kita, membuat kecewa, serta hal-hal lain yang tidak menyenangkan, maka IKHLASKAN dan RELAKANLAH! Kewajiban anak adalah berbakti pada orangtua dengan tulus. Untuk hal yang pernah mereka lakukan terhadap kita, biarlah itu menjadi urusan Allah. Yakin, semua akan dipertanggungjawabkan. Dengan tetap berdoa semoga dibukakan pintu hidayah. Allah sebaik-baik tempat meminta.

Allah mewasiatkan kepada umat manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tua. Dan Kami telah mewasiatkan, yakni telah perintahkan kepada manusia agar berbakti kepada kedua orang tuanya.” [QS. Al Ahqaf:15]

***

Kemudian saya teringat dengan bapak ibu yang jauh di pulau seberang. Ketika bermuamalah dengan orang, yang saya pikirkan hanya mereka. Teriring doa dan permintaan maaf karena belum bisa membersamai, “Semoga Allah selalu menjaga bapak ibu dan mencukupkan semua kebutuhannya dari arah mana pun.” Aamiin.

 

Lalu terlintas, bagaimana dengan anak saya. Sudahkah ia merasa tenang dan aman dalam pengasuhan kami?

Anak-anak memang lebih dikendalikan oleh emosi-emosi mereka daripada pemikiran rasional dan logis. Jadi, jika ingin memotivasi anak agar berkembang lebih positif dan dapat mengarahkan mereka pada kebaikan, maka yang paling kita lakukan adalah memikat hati mereka terlebih dahulu. Cara memikat hati anak adalah dengan memenuhi tiga kebutuhan emosional anak, yaitu:

  1. kebutuhan akan rasa aman;
  2. kebutuhan akan pengakuan yaitu merasa penting, diterima, dan dicintai;
  3. kebutuhan untuk merasa mandiri atau keinginan untuk mengontrol.

 

Rasa aman adalah salah satu kebutuhan terkuat yang dibutuhkan seorang anak. Mengapa anak merasa dekat dan bahagia saat bersama teman sebayanya? Karena mereka mampu memberikan rasa aman sehingga akhirnya anak kita dengan sukarela mau meniru perilaku temannya.

 

Nah, apa saja yang menyebabkan kebutuhan akan rasa aman tidak terpenuhi?

  1. Membandingkan anak dengan saudara atau orang lain.

Harapan orangtua ketika membandingkan anak dengan seseorang seusianya atau dengan yang lebih muda bahkan kita dapat membandingkan dengan diri kita saat seusia anak. Agar anak termotivasi untuk menjadi lebih baik. Namun, kondisi ini akan ditangkap berbeda oleh anak. Tumbuh perasaan ditolak, tidak diterima. Hal inilah yang menumbuhkan sikap tidak suka dengan dirinya sendiri dan ingin menjadi orang lain. Anak merasa aman dengan menjadi orang lain, bukan merasa aman dan nyaman menjadi dirinya sendiri.

Dialog suami pada istrinya, “Bunda, coba tiru tu tetangga sebelah, rajin banget tu ngikutin pengajian, akhirnya sekarang udah make hijabnya rapi banget!”

Maksud suami itu baik, ya, ingin memotivasi istrinya. Namun, pesan ini tidak bisa ditangkap dengan baik. Malah istri menjadi merasa kurang dicintai, atau malah memicu kecemburuan. Jadi jika orangtua ingin menggunakan gaya membandingkan agar anak tumbuh menjadi karakter yang lebih baik, maka alangkah bijaknya jika anak dibandingkan dengan dirinya sendiri. Saat anak memiliki capaian terbaik, maka rekam peristiwa tersebut.

“Yash, masih inget/ndak foto/video ini, saat Ayyash bisa memakai celana sendiri kemarin. Nah, menurut Ayyash apa yang membuat Ayyash saat ini merasa tidak bisa?”

Cara membandingkan seperti ini jauh lebih bijaksana dan anak tidak merasa dijatuhkan harga dirinya. Anak justru diajak mengevaluasi diri terhadap penyebab masalah dan ini bisa menjadi kesempatan bagi orangtua untuk memotivasi anak.

 

  1. Mengkritik dan mencari kesalahan anak

Orangtua yang sering melakukan hal ini, akan membuat anak sering merasa kesal, timbul perasaan dendam, dan merasa tidak aman di dalam lingkungan rumahnya sendiri. Anak pun sulit tumbuh menjadi anak yang kreatif karena untuk menghasilkan suatu kreativitas sangat membutuhkan perasaan nyaman dan bahagia. Anak juga merasakan orangtua sepertinya tidak adil. Bagi anak yang berkepribadian lemah, maka akan muncul perasaan selalu salah jika terjadi suatu masalah.

 

  1. Kekerasan fisik dan verbal

Ini adalah cara yang paling cepat untuk menyingkirkan rasa aman dalam rumah. Sehingga anak akan mencari perlindungan untuk memenuh rasa aman tersebut. Tentunya sangat mengkhawatirkan jika rasa aman itu malah didapatkan anak pada orang atau tempat yang salah, misalnya geng narkoba. Anak akan melakukan apa saja untuk mendapatkan rasa aman ini.

Untuk memenuhi rasa aman pada anak, seorang psikolog mengatakan bahwa semua orang memiliki tangki cinta psikologis, begitu pula anak, sehingga isilah tangki cinta anak, terutama dengan bahasa cinta yang paling mereka sukai. Keberlimpahan cinta yang dirasakan anak, membuat mereka akan suka akan dirinya sendiri, tenang, dan merasa aman, sehingga anak merasa bahagia dan memiliki inner motivasi.

***

Rangkuman dari pengajian online. Mudah-mudahan ada manfaat yang bisa diambil.

Semoga kita menjadi orangtua yang dirindukan, yang keberadaaannya memberikan ketenangan dan rasa aman.

 

#inspirasiramadan

#dirumahaja

#flpsurabaya

#BERSEMADI_HARIKE-15